Pembukaan Lahan Gambut dengan Cara Membakar Dinilai Berbahaya: Ancaman Ekologis Lebih Besar dari Manfaatnya

Avatar photo
Pembukaan Lahan Gambut dengan Cara Membakar Dinilai Berbahaya: Ancaman Ekologis Lebih Besar dari Manfaatnya
Kebakaran lahan gambut akibat pembukaan lahan dengan cara membakar menyebar cepat dan mengancam ekosistem serta permukiman di sekitarnya (Dok. bnpb.go.id)

EDISIKINI.COM, Banjarmasin — Isu pembukaan lahan gambut melalui metode pembakaran kembali menuai kritik keras dari akademisi dan pemerhati lingkungan. Meski cara ini masih dipraktikkan di sejumlah wilayah pedalaman, banyak pihak menilai bahwa manfaat jangka pendek untuk efisiensi pertanian tidak sebanding dengan risiko kerusakan ekologis yang ditimbulkan.

Tanah gambut memiliki karakteristik unik yang kaya bahan organik dan menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar. Ketika dibakar, struktur alami gambut rusak dan memicu pelepasan karbon ke atmosfer. Jika dilakukan berulang, risiko hilangnya fungsi ekologis gambut semakin besar, dan lahan akan berubah menjadi sangat kering, rapuh, serta rentan terhadap kebakaran di masa mendatang.

Dampak lingkungan tidak berhenti sampai di situ. Pembakaran gambut juga berpotensi menyebabkan kebakaran tidak terkendali yang menyebar ke hutan sekitar dan permukiman. Dalam skalanya yang luas, fenomena ini pernah memicu kabut asap lintas wilayah yang mengganggu kesehatan masyarakat, mengacaukan aktivitas ekonomi, hingga menghambat kegiatan pendidikan.

Kerugian ekologis dan sosial ini dinilai jauh lebih besar dibanding manfaat sementara yang diperoleh petani dari pembukaan lahan melalui api. Banyak ahli menekankan bahwa keberhasilan pertanian seharusnya tidak dibangun dengan mengorbankan masa depan lingkungan, terlebih ketika lahan gambut merupakan ekosistem yang memerlukan ratusan hingga ribuan tahun untuk terbentuk kembali.

Argumen yang menyatakan bahwa pembakaran dilakukan secara terkendali dan berdasarkan aturan adat juga dinilai tidak cukup kuat untuk menjamin keselamatan ekosistem. Perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan kondisi gambut yang semakin kering dapat menyebabkan api mudah meluas dan tak lagi terkendali, meskipun pembakaran awalnya dilakukan dalam radius tertentu.

Selain itu, solusi pelarangan pembakaran dianggap bukan bentuk ketidakadilan, tetapi langkah penting demi keselamatan jangka panjang. Para pemerhati lingkungan menilai bahwa pemerintah justru perlu hadir dengan dukungan nyata berupa penyediaan alat, teknologi pertanian berbiaya murah, serta pelatihan pengelolaan lahan ramah lingkungan agar petani tidak kembali mengandalkan api. Mengizinkan pembakaran hanya karena keterbatasan ekonomi masyarakat justru memperpanjang ketergantungan pada metode yang merusak.

Seiring meningkatnya urgensi perubahan iklim dan ancaman kebakaran gambut di berbagai wilayah, pembukaan lahan dengan cara membakar semakin dipandang tidak relevan dan tidak berkelanjutan. Tanpa perubahan pola pengelolaan lahan yang lebih modern dan ramah lingkungan, masyarakat bukan hanya menghadapi penurunan kualitas ekosistem, tetapi juga risiko kehilangan sumber mata pencaharian itu sendiri di masa depan. Upaya pelarangan pembakaran perlu dibarengi program pemberdayaan petani agar transisi menuju pertanian berkelanjutan dapat terwujud tanpa menimbulkan beban ekonomi tambahan.

Penulis: Rifandi Razhan

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com