Berita  

Peran Stakeholder di Kampung Budaya Polowijen Kota Malang: Pengembangan Obyek Wisata dengan Pelestarian Budaya

Avatar photo
Peran Stakeholder di Kampung Budaya Polowijen Kota Malang: Pengembangan Obyek Wisata dengan Pelestarian Budaya

EDISIKINI.COM — Kampung Budaya Polowijen menjadi destinasi wisata budaya yang populer di Kota Malang. Menawarkan pengalaman autentik dalam menikmati seni dan budaya lokal, kampung ini berhasil menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaan kampung ini tidak hanya berkontribusi pada sektor pariwisata, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan warisan budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pengembangan potensi wisata budaya, Kampung Budaya Polowijen berhasil membuka peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Sinergi antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan pengembangan Kampung Budaya Polowijen. Dengan kolaborasi yang baik antara masyarakat, lembaga swasta, akademisi, media, dan pemerintah, kampung ini tidak hanya berkembang menjadi destinasi wisata unggulan, tetapi juga menjadi model keberlanjutan desa wisata berbasis budaya. Kolaborasi yang efektif antara semua pemangku kepentingan dapat menciptakan pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan. Sebagai sebuah desa wisata, pengembangan yang melibatkan berbagai pihak dapat memberikan manfaat yang besar, baik bagi masyarakat, pemerintah, maupun wisatawan. Untuk itu, dapat kita telaah langsung mengenai peranan stakeholder terhadap pengembangan Kampung Budaya Polowijen.

Dari wawancara yang dilakukan dengan pengelola, didapatkan hasil mengenai peran berbagai stakeholder di Kampung Budaya Polowijen. Masyarakat sebagai stakeholder sangat senang kampung polowijen menjadi kampung budaya yang dikenal banyak orang mulai dari masyarakat lokal maupun mancanegara. Masyarakat ikut merawat kampung dan berjualan makanan-makanan jaman dahulu. Untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan yang ada di Kampung Budaya Polowijen, masyarakat melakukan latihan tari dan juga membatik.

Berbanding terbalik dengan masyarakat, lembaga swasta justru tidak berperan di Kampung Budaya Polowijen. Seluruh kegiatan yang ada dikelola oleh pokdarwis dan kelompok-kelompok seni budaya lainnya yang merupakan bagian dari masyarakat. Kelompok-kelompok seni mengembangkan dengan mengadakan program budaya seperti pawai budaya. Selain itu, pembangunan infrastruktur di Kampung Budaya Polowijen juga didorong oleh masyarakat lokal dengan fokus pada pelestarian budaya dan peningkatan pariwisata. Upaya yang dilakukan termasuk penambahan ornamen bambu pada rumah warga dan pembangunan gazebo. Dampak keberadaan lembaga swasta ini tidak bisa diharapkan.

Baca juga:  Prabowo Resmikan Kantor DPD Gerindra di Banten

Kampung Budaya Polowijen juga memiliki pemerintah yang berperan sebagai stakeholder. Peran ini seharusnya berpartisipasi dalam mengembangkan daya tarik wisata Kampung Budaya Polowijen namun tidak ditemukannya peran mereka disini. “Pemerintah tidak ikut andil dalam pembangunan infrastruktur daya tarik wisata dikarenakan kampung wisata polowijen bukan tanah aset pemerintah daerah. Pemerintah membantu saat kampung wisata mengadakan event tiap tahun namun hanya satu dari lima event dengan dana yang sangat terbatas” jelas pengelola.

Selain pemerintah, terdapat akademisi yang turut serta mendorong pengembangan Kampung Budaya Polowijen. Kampung Budaya Polowijen sudah didatangi oleh banyak akademisi yang observasi dan bersinggungan langsung dengan pihak pengelola dikutip dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Mereka memiliki tujuan yang beragam mulai dari hanya sekedar tugas, observasi bahkan sampai skripsi, tesis hingga disertasi. Kegiatan yang dilakukan yaitu penelitian yang bersifat akademik dan terkesan normatif. Terdapat seminar yang dilakukan oleh akademisi yang mana salah satunya adalah “Sosialisasi Penggunaan Produk Halal”. Peran Akademisi sebagai stakeholder kurang menguntungkan bagi Kampung Budaya Polowijen. Namun, terdapat media sebagai stakeholder yang berperan mempromosikan atau mengenalkan Kampung Budaya Polowijen.

Media memiliki peran dalam pengembangan Kampung Budaya Polowijen serta mendukung upaya pelestarian budaya yang ada. Media menjadi saluran untuk menyebarkan informasi terkait kegiatan yang ada di kampung sekaligus mempromosikan atraksi budaya untuk menarik kunjungan wisatawan. Beberapa pihak media luar datang ke Kampung Budaya Polowijen untuk melakukan liputan dan menerbitkan berita yang menggambarkan sejarah, kehidupan masyarakat, serta potensi wisata dan budaya Kampung Budaya Polowijen. Contoh media yang telah melakukan liputan dan menerbitkan berita antara lain adalah IDN Times Jatim, Radar Malang, Kompasiana.com, Djalanin.com, Radio Idola Semarang, Radar Batu, dan masih banyak lagi. Kampung Budaya Polowijen juga memiliki saluran medianya sendiri untuk promosi dan edukasi serta membagikan jadwal kegiatan dan paket wisata yang disediakan.

Baca juga:  Majukan UMKM, Mahasiswa KKN UNDIP Edukasi Cara Transaksi Praktis dan Efisien dengan QRIS

Terakhir, terdapat wisatawan sebagai stakeholder. Wisatawan Kampung Budaya Polowijen tertarik berkunjung karena Kampung Polowijen masih menjunjung tinggi nilai budaya dan konsep tradisional dari segi tata letak, fasilitas, bentuk rumah, dan lain-lain. Menurut wisatawan, prosedur pelayanan pada Kampung Budaya Polowijen sudah sesuai dengan standar karena dari segi masyarakat lokal yang ramah dengan wisatawan, tempat yang bersih, dan konsep budaya yang sangat kuat. Namun, dari segi infrastruktur banyak yang perlu untuk diperbaiki seperti atap yang rusak serta akses jalan pada kampung yang terlalu sempit. Pengalaman yang mendalam didapat oleh wisatawan melalui atraksi yang ada pada Kampung Budaya Polowijen.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa stakeholder yang ada pada Kampung Budaya Polowijen terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian. Terdapat ketidaksesuaian dari pihak pemerintah, akademisi, serta lembaga swasta. Dimana pada pihak pemerintah tidak memberikan fasilitas serta dana yang sesuai dengan kebutuhan Kampung Budaya Polowijen. Pada pihak lembaga swasta juga terdapat ketidaksesuaian dimana tidak adanya pelaku bisnis yang ikut serta mendorong perkembangan wisata Kampung Budaya Polowijen. Pada pihak akademisi juga tidak menjalankan tugas dengan baik.

Terdapat kesesuaian dari beberapa stakeholder yang ada seperti media, masyarakat, dan wisatawan. Media memiliki kesesuaian karena pihak media dapat memberikan dampak positif bagi Kampung Budaya Polowijen. Media juga dapat mengangkat identitas serta mempromosikan Pada masyarakat juga terdapat kesesuaian seperti ikut berkontribusi dalam perkembangan dan kegiatan yang ada di Kampung Budaya Polowijen. Lalu pada pihak wisatawan juga memiliki kesesuaian dengan Kampung Budaya Polowijen, dimana wisatawan sangat berpengaruh pada pengembangan Kampung Budaya Polowijen. Wisatawan dapat menambah peningkatan ekonomi melalui berbagai atraksi yang dapat diikuti.

Baca juga:  Membangun Masyarakat yang Melek Teknologi, Mahasiswa KKN Tim II UNDIP melakukan Pengenalan Digital Marketing pada UMKM di Desa Pereng

Penulis : Agnes Ludgarda, Amellia Devy, Aryati Jaya, Evita Peron Lau, Septi Anugrah, Teresia Kristiani, dan Garsione Agni Andrea.

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com

Editor: Ardi Handayat