BOYOLALI – Desa Klewor di Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, dikenal sebagai pusat industri mebel yang berkembang pesat. Namun, produksi mebel yang tinggi juga menghasilkan limbah kayu dalam jumlah besar yang sering kali hanya dibuang begitu saja. Melihat potensi limbah kayu yang belum dimanfaatkan dengan optimal, sebuah inovasi dilakukan mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro untuk mengatasi dua masalah sekaligus: limbah mebel dan kurangnya penanda jalan di desa tersebut.
Industri mebel yang maju di Desa Klewor menghasilkan banyak limbah kayu yang belum dimanfaatkan. Di sisi lain, penanda jalan di desa tersebut masih minim, sehingga menyulitkan navigasi dan mengancam keselamatan warga. Untuk mengatasi masalah ini, program pemanfaatan limbah mebel sebagai penanda jalan diluncurkan, menawarkan solusi kreatif dan produktif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Program ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah mebel secara kreatif dan produktif, menghasilkan penanda jalan yang membantu navigasi dan meningkatkan keselamatan di desa, mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah dan penggunaan bahan daur ulang, serta mengurangi dampak lingkungan dari limbah mebel dengan mengubahnya menjadi produk bermanfaat.
Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu (07/08/2024) oleh Deffa Jati Febrianto, Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Diponegoro ini melibatkan pemilik dan pekerja industri mebel, perangkat desa, serta pemuda dan warga Desa Klewor yang peduli terhadap lingkungan. Komunitas kreatif lokal juga turut serta dalam kegiatan ini, membawa keahlian mereka dalam mendaur ulang bahan bekas menjadi produk baru.
Proses kegiatan dimulai dengan koordinasi antara Tim KKN dan perangkat desa untuk mengumpulkan limbah kayu dari para pengusaha mebel. Kemudian, diskusi dilakukan dengan komunitas lokal untuk merancang penanda jalan. Workshop pelatihan pun digelar, mengajarkan teknik dasar pertukangan dan cara menggunakan alat-alat yang diperlukan untuk mengolah limbah kayu menjadi penanda jalan yang tahan lama dan menarik.
Para peserta bekerja dalam kelompok untuk memproduksi penanda jalan dari limbah mebel. Setelah penanda jalan selesai dibuat, mereka dipasang di lokasi-lokasi strategis di seluruh desa dengan bantuan perangkat desa dan warga setempat.
Dengan adanya program ini, limbah mebel yang sebelumnya hanya dibuang kini dapat dimanfaatkan menjadi penanda jalan yang berguna. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan keselamatan dan navigasi di desa, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah dan penggunaan bahan daur ulang. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengatasi masalah limbah dan infrastruktur secara kreatif dan berkelanjutan.