Alasan Mengapa Wanita Lebih Rentan terhadap Lupus

Avatar photo
Alasan Mengapa Wanita Lebih Rentan terhadap Lupus
Ilustrasi seorang wanita yang sedang mengalami gejala tidak enak badan atau sakit. Gambar ini merepresentasikan kondisi fisik umum penderita lupus yang sering kali mengalami kelelahan, nyeri sendi, atau demam ringan. Wanita memang diketahui memiliki risiko lebih tinggi terkena lupus, terutama pada usia produktif.

EDISIKINI.COM, SURAKARTA — Seringkali kita mendengar atau melihat berita mengenai lupus, sebenarnya apa sih lupus itu? Lupus adalah penyakit autoimun yang menyebabkan sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri, seperti kulit, sendi, dan organ dalam. Melansir dari data Kemenkes menunjukkan bahwa 90% pasien yang terdiagnosa lupus adalah wanita. Artinya wanita sembilan kali lebih rentan terjangkit lupus daripada laki-laki.

Wanita usia produktif (15-65 tahun) menjadi kelompok yang paling rentan terhadap lupus. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi kita semua, karena dengan memahami kerentanan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran, deteksi dini dan penanganan lupus yang lebih baik.

Sistem imun yang seharusnya melindungi dari materi jahat malah menyerang tubuh penderitanya sendiri, kok bisa? Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tentunya faktor eksternal dan internal yang menyebabkan lupus ini memiliki andil yang besar meskipun sampai sekarang penyakit lupus belum bisa dipastikan penyebabnya. Faktor internal yang sangat berperan pada penderita lupus adalah faktor genetik. Gen tertentu, seperti gen HLA (Human Leukocyte Antigen) lebih sering ditemukan pada individu dengan lupus, terutama wanita. Gen yang terkait dengan respons imun ini dibawa lebih banyak oleh wanita karena memiliki dua kromosom X.

Wanita memiliki dua kromosom X yang menyebabkan respons imun wanita cenderung lebih aktif dibandingkan pria, yang membuatnya lebih rentan terhadap penyakit autoimun.

Pada dasarnya respons imun yang aktif ini dapat membantu melawan infeksi, namun apabila respons ini menjadi hiperaktif dapat berbalik menyerang tubuh sendiri. Gejala lupus dapat memicu hal yang lebih buruk pada wanita hamil, karena selama masa kehamilan sistem imun wanita mengalami perubahan yang cukup drastis.

Faktor selanjutnya yang turut berpengaruh dalam kasus lupus adalah pengaruh hormon seksual. Hormon esterogen yang lebih dominan pada wanita, diketahui dapat memperkuat respons imun yang berlebihan yang berkontribusi pada lupus.

Penelitian menunjukkan bahwa pria yang mengidap lupus memiliki tingkat esterogen yang lebh tinggi daripada pria sehat. Perubahan hormon selama menstruasi, kehamilan ataupun menopause juga mempengaruhi gejala lupus.

Faktor lingkungan dan gaya hidup menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap lupus. Stres fisik dan emosional, termasuk tekanan sosial yang lebih besar terhadap wanita dapat mempengaruhi sistem imun dan memperburuk lupus.

Hal ini dapat diperparah oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang tidur atau pola makan yang buruk. Paparan sinar matahari juga menjadi pemicu flare-up lupus pada wanita, terutama mereka yang memiliki kulit sensitif.

Faktor-faktor yang telah dibahas belumlah menjadi faktor penyebab lupus yang pasti. Gejala lupus dapat dicegah dengan penerapan pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, istirahat dengan cukup, dan melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berbahaya.

Kita dapat melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan medis rutin dan membantu mengendalikan lupus sebelum gejalanya semakin parah. Pemberian dukungan keluarga dan komunitas juga sangat penting untuk membantu wanita penderita lupus untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Referensi

Penulis: Safrina Rus Mahmudah (H0224054), Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Kelas Ilmu Tanah B, Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com