Pendistribusian Obat Jaminan Kesehatan Nasional yang Tidak Merata di Apotek Farmasi Airlangga

Avatar photo
Pendistribusian Obat Jaminan Kesehatan Nasional yang Tidak Merata di Apotek Farmasi Airlangga
Potret Pelayanan di Apotek Farmasi Airlangga: Mengutamakan Kepuasan dan Kesehatan Konsumen (Dok. Penulis)

EDISIKINI.COM, SURABAYA — Pendistribusian obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS di Indonesia menghadapi tantangan serius, terutama ketidakmerataan stok obat di apotek-apotek swasta seperti Apotek Farmasi Airlangga.

Laporan terbaru menunjukkan kekosongan stok obat di beberapa provinsi, bahkan di seluruh Indonesia untuk obat tertentu. Ketidakmerataan distribusi ini menimbulkan kekhawatiran terkait alokasi obat yang adil, di mana stok obat sering kali diprioritaskan untuk rumah sakit atau apotek BUMN, sehingga apotek swasta seperti Apotek Farmasi Airlangga sering kali kekurangan stok obat.

Sering kali, stok obat tersedia di provinsi lain tetapi tidak di provinsi sendiri karena kebutuhan yang lebih besar di beberapa wilayah, menyebabkan stok obat cepat habis di daerah dengan permintaan tinggi.

Situasi ini menunjukkan perlunya pembaruan sistem distribusi obat agar lebih efisien dan merata.

Masalah pendistribusian obat JKN sangat mempengaruhi layanan kesehatan di Apotek Farmasi Airlangga. Idealnya, BPJS atau Kementerian Kesehatan harus menyediakan solusi efektif untuk mengatasi ketidakmerataan distribusi obat ini, namun kenyataannya di lapangan sering kali berbeda.

Untuk mengatasi kekurangan stok, apotek harus mencari alternatif obat dengan kandungan dan harga serupa. Jika tidak tersedia, pasien akan diberitahu, dan apotek akan menghubungi mereka saat stok obat telah tersedia.

Ketidakmerataan distribusi obat menimbulkan berbagai masalah, termasuk ketidakpuasan pasien yang mengandalkan obat JKN.

Pasien sering harus menunggu lama untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan, mengganggu proses penyembuhan dan kualitas hidup mereka.

Selain itu, apotek-apotek swasta seperti Apotek Farmasi Airlangga menghadapi tekanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan obat pasien, yang kadang tidak dapat dipenuhi karena ketidakmerataan stok.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai masalah ketidakmerataan distribusi obat JKN, perlu melihat beberapa faktor penyebabnya.

Baca juga:  Berwisata di Kota Tua dengan Suasana Eropa

Salah satu faktornya adalah sistem alokasi obat yang mungkin tidak optimal, di mana prioritas sering kali diberikan kepada rumah sakit atau apotek-apotek BUMN, mengakibatkan apotek-apotek swasta mendapatkan prioritas yang lebih rendah dan kekurangan stok obat.

Selain itu, perbedaan permintaan antarwilayah juga dapat menyebabkan ketidakmerataan. Beberapa provinsi memiliki permintaan yang lebih tinggi sehingga stok obat cepat habis, sementara wilayah dengan permintaan rendah masih memiliki stok yang cukup.

Sistem distribusi yang terpusat dapat menyebabkan ketidakmerataan distribusi obat karena informasi kebutuhan dan ketersediaan obat di tiap wilayah tidak tersampaikan dengan baik. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatan distribusi dan ketidakmerataan stok obat.

Ishmatul Izza, apoteker pendamping di Apotek Farmasi Airlangga, menyatakan, “Situasi ini sangat mempengaruhi operasional kami. Kami sering kali harus mencari alternatif obat atau menunda pengobatan pasien sampai stok tersedia kembali. Ini tidak hanya membebani kami, tetapi juga membuat pasien tidak puas.”

Masalah ini berdampak langsung pada pelayanan di Apotek Farmasi Airlangga. Apotek sering kali harus mencari alternatif obat dengan kandungan dan harga yang serupa.

Jika tidak ada alternatif yang cocok, pasien diberitahu tentang kekurangan obat, dan apotek mengakui utang obat tersebut, kemudian menghubungi pasien saat stok obat sudah tersedia. Proses ini tidak ideal dan dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien.

Selain masalah distribusi obat JKN, ketersediaan obat herbal di Apotek Farmasi Airlangga juga sedikit. Hal ini disebabkan oleh minimnya permintaan, terutama dari mahasiswa yang merupakan mayoritas pasien di apotek ini.

Setiap apotek memiliki pasarannya sendiri, dan pasar Apotek Farmasi Airlangga berbeda dengan apotek lain di wilayah yang sama.

Mahasiswa mungkin kurang berminat terhadap obat-obatan herbal, sehingga stok obat herbal di apotek ini tidak banyak. Ishmatul Izza menjelaskan, “Pasar kami didominasi oleh mahasiswa, dan mereka cenderung kurang berminat terhadap obat-obatan herbal, sehingga kami tidak menyimpan banyak stok obat herbal.”

Baca juga:  Mahasiswa KKN UNDIP Terapkan Tata Kelola Perpustakaan dengan Metode 5S/5R di MI Yati Wonokerto, Siswa Makin Antusias Membaca

Untuk mengatasi masalah ketidakmerataan distribusi obat JKN, diperlukan kerja sama dan solusi efektif dari pihak berwenang. BPJS atau Kementerian Kesehatan harus memastikan sistem distribusi obat lebih merata dan efisien. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara pusat dan daerah.

Informasi mengenai kebutuhan dan ketersediaan obat di setiap wilayah harus diperbarui secara berkala dan disampaikan dengan baik. Selain itu, sistem alokasi obat harus mempertimbangkan kebutuhan yang lebih besar di wilayah tertentu dan memastikan apotek-apotek swasta juga mendapatkan prioritas y ang setara dalam distribusi obat.

Penerapan teknologi informasi dengan sistem manajemen stok terintegrasi dapat membantu memantau ketersediaan obat secara real-time dan memungkinkan distribusi yang lebih efisien.

Teknologi ini juga membantu perencanaan dan pengalokasian obat berdasarkan data permintaan di setiap wilayah. Apotek-apotek swasta, seperti Apotek Farmasi Airlangga, dapat berperan aktif dengan melaporkan kekurangan stok dan mencari alternatif obat serupa.

Ketidakmerataan distribusi obat JKN merupakan tantangan besar, namun dengan kerja sama dan solusi efektif dari pihak berwenang serta penerapan teknologi informasi yang tepat, masalah ini diharapkan dapat diatasi sehingga pelayanan kesehatan lebih optimal dan pasien tidak lagi harus menunggu dalam ketidakpastian untuk mendapatkan obat.

Penulis: Dzakiya Khansa Talidah, Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com