Apakah Meme Dapat Memengaruhi Kesadaran Politik Generasi Muda?

Avatar photo
Apakah Meme Dapat Memengaruhi Kesadaran Politik Generasi Muda?

EDISIKINI.COM, Surabaya — Meme merupakan sebuah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya. Seiring berkembangnya zaman, definisi tersebut meluas menjadi sebuah lelucon, candaan berbentuk gambar atau video dengan tulisan yang didasarkan pada fenomena yang terjadi. Namun saya percaya, meme bukanlah sekadar lelucon semata. Bagi banyak generasi muda Indonesia, meme sudah menjadi gerbang awal untuk masuk ke ranah politik. Dengan bentuk yang padat, mudah dikonsumsi, dan penuh referensi budaya populer, meme sering kali memecah hambatan formalitas politik yang membuat isu yang sebelumnya terasa jauh dan kompleks menjadi lebih mudah dijangkau dan dibicarakan oleh seluruh kalangan, terutama generasi muda.

Meme dapat memicu rasa ingin tahu, memancing diskusi, dan mendorong kesadaran politik generasi muda. Di Indonesia, hal ini terlihat jelas di berbagai momen politik, ketika media sosial seperti Twitter (X), TikTok, dan Instagram menjadi arena utama perdebatan publik. Dari sini, meme sering beredar bukan hanya untuk hiburan, tapi juga membentuk citra, persepsi, bahkan sentimen politik masyarakat.

Berikut adalah beberapa meme politik yang sempat viral di media sosial Indonesia.

1. Meme tentang menteri dan kenaikan harga bahan pokok

Salah satunya adalah meme tentang menteri dan kenaikan harga bahan pokok, yang menggambarkan situasi “panas” di tengah lonjakan harga dan menyindir kebijakan ekonomi pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil. Melalui humor dan ekspresi yang dilebih-lebihkan, meme ini menyoroti ketidakefisienan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, serta menumbuhkan kesadaran bahwa kebijakan ekonomi bukan sekadar angka, tetapi berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.

2. Meme tentang penutupan tambang dan ekspresi pejabat yang berubah-ubah

Ada pula meme tentang penutupan tambang dan ekspresi pejabat yang berubah-ubah, yang menyindir ketidakkonsistenan sikap pemerintah terhadap isu lingkungan dan menggambarkan bahwa keputusan politik kerap dipengaruhi kepentingan ekonomi. Meme ini membuat publik, khususnya generasi muda, lebih kritis terhadap kebijakan industri ekstraktif dan dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan.

3. Meme tentang anggaran makan pejabat

Selanjutnya, meme tentang anggaran makan pejabat menampilkan perbandingan lucu antara nilai anggaran fantastis pejabat dengan kebutuhan masyarakat, sebagai bentuk kritik terhadap pemborosan dana publik yang seharusnya bisa dialihkan untuk kepentingan rakyat. Meme ini memicu kesadaran tentang pentingnya transparansi dan pengawasan publik terhadap anggaran negara.

4. Meme tentang janji membuka lapangan kerja

Sementara itu, meme tentang janji membuka lapangan kerja menggambarkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap janji politik yang berlebihan tanpa realisasi konkret, mengingatkan publik agar tidak mudah percaya pada retorika kampanye tanpa melihat rekam jejak dan kebijakan nyata.

4. Meme Blokir Live Media Sosial

Meme ini menyindir kebijakan pemerintah yang dianggap lebih cepat memblokir fitur live streaming di media sosial saat terjadi aksi demonstrasi, dibandingkan menindak situs judi online yang justru lebih meresahkan. Gambar bagian atas memperlihatkan siput dari film Turbo yang melaju kencang dengan tulisan “Blokir Live Media Sosial”, menggambarkan betapa sigapnya pemerintah membatasi siaran langsung yang menyebarkan situasi demonstrasi ke publik. Sementara bagian bawah menampilkan siput biasa yang bergerak lambat dengan tulisan “Blokir Situs Judol”, sebagai simbol lambannya penanganan terhadap masalah perjudian online.

5. Meme “Setuju gak Indonesia Bubar”

Terakhir, meme “Setuju gak Indonesia Bubar” menampilkan karakter yang menanyakan pendapat publik dengan nada sarkastik terhadap kondisi bangsa. Meskipun terkesan pesimistis, meme ini justru menjadi bentuk refleksi dan ajakan untuk berdiskusi tentang tanggung jawab bersama menjaga keutuhan negara serta perlunya perubahan sistemik agar bangsa tidak sekadar bertahan, tapi benar-benar maju.

Secara praktis, efek positif meme terhadap literasi politik di Indonesia terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:

  1. Meme memfasilitasi akses awal terhadap isu. Satu gambar atau potongan video dapat memperkenalkan topik seperti korupsi, kebijakan, hak sipil atau isu lainnya kepada orang yang sebelumnya tidak mencari informasi dengan serius.
  2. Meme membantu memori kolektif publik. Humor, ironi, atau kutipan yang diulang-ulang membuat peristiwa misalnya seperti, blunder pejabat, janji kampanye yang tidak ditepati, atau peristiwa lainnya akan tetap melekat di ingatan masyarakat.
  3. Meme memicu aksi yang berujung pada keterlibatan politik yang lebih besar seperti berdiskusi di kolom komentar, ikut kampanye digital, hingga hadir dalam aksi sosial atau politik.

Saya cenderung mendukung penggunaan meme sebagai alat literasi politik karena bentuknya yang ringan justru membuka ruang dialog yang luas dan inklusif. Humor dan satire dalam meme mampu menembus sekat sosial maupun ideologis yang membuat diskusi politik kaku. Meme juga mampu menjangkau kelompok yang sulit tersentuh oleh bentuk komunikasi politik konvensional. Karena pada dasarnya, generasi muda cenderung lebih tertarik dengan konten singkat dan relatable dengan kehidupan mereka.

Namun, saya juga melihat sisi yang perlu diwaspadai. Karena bentuk meme ringkas dan sering mengambil konteks selektif, meme rentan dijadikan narasi simpang-siur, disinformasi, atau bahkan dimanfaatkan sebagai alat monopoli politik. Satu meme dengan caption provokatif dapat membentuk persepsi publik tanpa basis data yang akurat. Meme dapat memperkuat echo chamber, mempertebal bias, dan mempercepat simplifikasi berbahaya bila tidak diimbangi literasi kritis pihak audiens.

Disinilah saya melihat kaitan antara budaya digital dengan bela negara. Bela negara di masa sekarang tidak lagi identik dengan angkat senjata, tetapi dapat diwujudkan dengan sederhana seperti menjaga ruang digital tetap sehat, beradab, dan berpikir kritis. Membuat atau membagikan meme dengan cerdas dan beretika dapat menjadi wujud partisipasi warga negara dalam memperkuat kesadaran politik. Meme yang dimanfaatkan dengan tujuan edukatif dan faktual sesungguhnya merupakan bentuk bela negara baru yaitu bela negara digital.

Saya berpandangan optimis jika meme dipakai secara sadar dan bertanggung jawab, berpotensi besar menjadi alat literasi politik yang inklusif dan dinamis. Mereka menjadikan politik terasa dekat dan relevan untuk generasi muda

Manfaat itu harus diimbangi dengan upaya sadar menambah konteks, verifikasi, dan pendidikan kritis agar humor tidak berubah menjadi sumber misinformasi. Saya lebih memilih masa depan di mana meme membuka pintu dialog politik dan generasi muda yang melangkah melewatinya membawa semangat bela negara dalam membela kebenaran dan nalar sehat di dunia digital.

Penulis: Talitha Aryana Salsabila

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com