EDISIKINI.COM, Serang — Pendidikan Nonformal di Indonesia kini ikut merasakan gelombang transformasi digital yang tak bisa dihindari. Bukan hanya soal belajar tatap muka atau buku teks, tetapi kini ruang belajar justru meluas ke media digital, media sosial, dan pembelajaran daring yang makin dinamis. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sekolah umum, tetapi juga di lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti PKBM, sanggar belajar, dan kelompok komunitas masyarakat.
Baru-baru ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) membuka program Pandu Literasi Digital 2025 untuk menjaring relawan dan masyarakat yang ingin mendampingi masyarakat dalam memahami dan menggunakan teknologi secara bijak. Program ini dianggap sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mendorong literasi digital yang lebih kuat, terutama di era di mana informasi mudah diakses namun beragam tantangan digital ikut tumbuh.

Selain itu, Kemendikdasmen juga terus menggencarkan literasi digital sebagai bagian dari strategi nasional meningkatkan daya saing bangsa. Dalam webinar nasional yang digelar sebagai rangkaian Hari Aksara Internasional 2025, Direktorat PNFI menekankan pentingnya literasi digital bagi pendidik dan masyarakat umum agar pembelajaran nonformal dapat lebih berkualitas dan relevan dengan perkembangan zaman.

Literasi Digital Tidak Sekadar Teknologi, Tapi Kesiapan Menghadapi Tantangan Media Sosial
Tidak hanya pemerintah, lembaga pendidikan tinggi dan komunitas lokal pun mulai bergerak aktif. Tim P2AD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bekerja sama dengan PKBM Cakra membentuk program Sahabat Digital Cakra untuk membangun kesadaran literasi digital di Desa Cipaku, Purbalingga. Program ini tidak hanya mengajarkan penggunaan teknologi, tetapi juga menangkal hoaks dan konten negatif yang bisa membahayakan warga belajar.

Aktivitas semacam ini menunjukkan bahwa literasi digital bukan sekadar kemampuan teknis, tetapi juga penting untuk membentuk perilaku positif dalam penggunaan media sosial. Tren ini semakin penting karena masyarakat, termasuk warga belajar nonformal, tidak lagi hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga pencipta konten.
Manfaat Media Sosial untuk Belajar
Artikel Times Indonesia menyebutkan bahwa media sosial memiliki sejumlah manfaat penting jika digunakan dalam konteks pendidikan:
- Akses informasi dan sumber belajar lebih mudah: Banyak konten pelajaran yang dapat diakses gratis melalui video, infografis, dan tutorial di platform digital seperti YouTube.
- Interaksi dan kolaborasi meningkat: Grup belajar di WhatsApp atau forum diskusi pendidikan dapat memfasilitasi tanya jawab dan berbagi sumber belajar antara sesama peserta didik maupun dengan tutor.
- Pembelajaran bisa lebih personal dan fleksibel: Siswa dapat memilih materi yang sesuai kebutuhan mereka dan belajar sesuai ritme masing-masing, terutama di pendidikan nonformal seperti PKBM.

Menurut artikel tersebut, sebuah survei internal di Indonesia bahkan menunjukkan bahwa sekitar 85% siswa menggunakan media sosial sebagai sumber tambahan belajar, terutama untuk materi yang mereka rasa sulit dipahami di kelas formal.
Tantangan yang Tidak Bisa Diabaikan
Meski berpotensi besar, media sosial juga membawa sejumlah risiko jika tidak digunakan dengan bijak. Artikel yang sama menyoroti beberapa ancaman yang perlu diwaspadai, di antaranya:
- Distraksi yang tinggi, karena konten hiburan di platform yang sama bisa mengalihkan fokus belajar.
- Penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks, yang dapat mempengaruhi proses berpikir kritis peserta didik jika mereka tidak dilatih memilah konten dengan baik.
- Isu privasi dan keamanan data, terutama ketika data pribadi dibagikan tanpa kontrol yang kuat dari orang tua atau pendidik.
Peran Literasi Digital dalam Pendidikan
Berita lain dari Portal Berita Lumajang juga menegaskan pentingnya literasi digital dalam penggunaan media sosial. Warga setempat menekankan agar generasi muda menggunakan media sosial secara bijak dan selektif, termasuk dalam konteks belajar. Edukasi tentang saring informasi, menjaga privasi, dan mengatur waktu penggunaan menjadi kunci agar media sosial tidak menjadi gangguan, tetapi sumber ilmu yang bermanfaat.
Transformasi Cara Belajar di Pendidikan Nonformal
Dengan perkembangan ini, pendidikan nonformal seperti PKBM atau kursus komunitas mulai mengadopsi strategi pembelajaran digital. Media sosial digunakan bukan hanya untuk mengirim materi, tetapi juga sebagai ruang diskusi interaktif, berbagi sumber belajar, dan bahkan membangun komunitas belajar di luar kelas.
Strategi seperti ini sangat relevan di komunitas Paket C, yang banyak diikuti oleh orang dewasa dengan kesibukan pekerjaan. Mereka bisa belajar kapan saja, mengikuti materi pembelajaran yang tersedia di media sosial, dan berdiskusi dengan tutor serta sesama peserta secara fleksibel. Ini sejalan dengan temuan media yang menyatakan bahwa media sosial bisa meningkatkan personalisasi pembelajaran, terutama di era digital di mana sumber belajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas.

Penulis: Andrian Nur Famungkas (2221250036), Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Kontak Penulis: andrianfamungkas6@gmail.com













