Bukan Sekadar Kata, T.E.M.A.N. Jadi Kekuatan Baru Siswa SDN Pungsari 2 Sragen Lawan Perundungan

Avatar photo
Bukan Sekadar Kata, T.E.M.A.N. Jadi Kekuatan Baru Siswa SDN Pungsari 2 Sragen Lawan Perundungan
Mahasiswa KKN Undip berfoto bersama siswa-siswi SDN Pungsari 2, Sragen, setelah sosialisasi anti-perundungan dengan konsep T.E.M.A.N. (Tolong-menolong, Empati, Memaafkan, Ajak bermain, dan No bullying). Program ini bertujuan menanamkan nilai persahabatan dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dari perundungan.

EDISIKINI.COM, SRAGEN – Pagi itu, Selasa (11/8), suasana di SDN Pungsari 2, Kecamatan Plupuh, berbeda dari hari-hari biasanya. Suara tawa, semangat, dan rasa ingin tahu terdengar dari dalam kelas. Bukan materi pelajaran rutin yang diajarkan, melainkan sebuah kegiatan istimewa yang dibawakan oleh para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro. Mereka datang dengan sebuah misi sederhana namun berdampak besar: menanamkan nilai persahabatan sejati melalui sebuah konsep unik bernama T.E.M.A.N.

Program ini tidak sekadar memberikan larangan atau peringatan mengenai bahaya perundungan, tetapi mengajak siswa memahami, merasakan, dan mempraktikkan nilai-nilai positif yang dapat mencegah terjadinya bullying di lingkungan sekolah. T.E.M.A.N. sendiri adalah singkatan dari Tolong-menolong, Empati kepada sesama, Memaafkan dengan tulus, Ajak bermain bersama, dan No Bullying. Kelima nilai ini dirangkai menjadi sebuah rumus sederhana yang mudah diingat dan dipraktikkan oleh siswa SD.

Kegiatan ini digagas oleh Tim KKN-T IDBU 94 UNDIP sebagai bentuk kepedulian terhadap isu perundungan yang sering kali terjadi tanpa disadari, baik secara verbal, fisik, maupun sosial. Para mahasiswa percaya bahwa upaya pencegahan harus dimulai sejak dini, ketika anak-anak masih membangun kepribadian dan pola pikir. Daripada hanya melarang atau menakut-nakuti, mereka memilih mengajak siswa untuk aktif berbuat kebaikan dan menumbuhkan rasa saling peduli.

Selama kegiatan, siswa diajak berdiskusi santai mengenai apa itu perundungan, bagaimana bentuk-bentuknya, serta apa dampak buruknya bagi korban. Diskusi ini tidak hanya berisi penjelasan satu arah, tetapi juga melibatkan siswa dalam simulasi peran. Dalam simulasi tersebut, beberapa siswa memerankan pelaku, korban, dan teman yang menjadi penolong. Dari situ, mereka bisa merasakan langsung bagaimana sakitnya menjadi korban dan betapa berharganya memiliki teman yang membela.

“Kami berharap kegiatan ini membantu siswa memahami bahwa perbedaan bukan alasan untuk memisahkan diri atau memperlakukan orang lain secara tidak baik. Dengan membiasakan sikap saling menolong, menghargai, dan memaafkan, suasana sekolah akan lebih aman dan nyaman untuk semua,” ujar Muhammad Iqbal Muzzakiy, selaku Koordinator Tim KKN-T IDBU 94 UNDIP.

Ia menegaskan bahwa sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua anak untuk belajar dan bermain. Menurutnya, setiap anak berhak merasa diterima tanpa takut diperlakukan buruk hanya karena perbedaan fisik, latar belakang, atau kebiasaan.

Antusiasme siswa terlihat jelas. Mereka aktif bertanya, berbagi pengalaman, bahkan menceritakan kejadian yang pernah mereka lihat di sekolah. Para mahasiswa juga menekankan pentingnya keberanian untuk melapor kepada guru atau orang dewasa jika mereka mengalami atau menyaksikan perundungan. Pesan ini ditekankan berulang kali, agar siswa memahami bahwa melapor bukanlah sikap mengadu, melainkan bentuk kepedulian dan keberanian.

Pihak sekolah menyambut baik inisiatif ini. Guru-guru mengapresiasi cara mahasiswa menyampaikan materi yang ringan namun membekas di hati anak-anak. Kepala sekolah berharap konsep T.E.M.A.N. ini bisa terus diingat dan dipraktikkan, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan rumah dan bermain.

Program ini menjadi bukti bahwa kegiatan KKN bukan hanya tentang memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi masyarakat. Para mahasiswa UNDIP tidak hanya telah meninggalkan materi pelajaran, mereka menanamkan nilai yang akan terus tumbuh dalam diri para siswa SDN Pungsari 2 Sragen nilai bahwa menjadi ‘teman’ adalah kekuatan terbesar untuk menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa takut.

Penulis: Muhammad Iqbal Muzzakiy, Muhammad Rabbany Ilham

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com