EDISIKINI.COM, WONOGIRI – Pabrik tahu milik Mbah Muji telah menjadi bagian penting dari denyut ekonomi masyarakat Dusun Bakalan selama bertahun-tahun. Usaha ini tidak hanya menyediakan produk tahu berkualitas untuk warga sekitar, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi beberapa tenaga kerja lokal.
Namun, di balik proses produksinya yang tradisional, terdapat permasalahan lingkungan kerja yang cukup krusial yaitu tingginya suhu di dalam ruangan, uap panas yang pekat, serta emisi gas hasil proses perebusan dan pengolahan kedelai. Kondisi ruangan yang cenderung tertutup dan minim sirkulasi udara menyebabkan suasana kerja menjadi pengap dan kurang nyaman, bahkan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dalam jangka panjang.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro menginisiasi program kerja multidisiplin untuk membantu memperbaiki kualitas lingkungan kerja di pabrik tahu ini. Program tersebut digagas oleh dua mahasiswa lintas jurusan, Febriana Marikha dari Teknik Lingkungan dan Nova Annisa dari Teknik Industri. Mereka memfokuskan program ini pada pemasangan exhaust fan sebagai solusi praktis untuk mereduksi emisi di ruang produksi. Langkah ini diambil setelah melakukan observasi langsung terhadap kondisi lingkungan kerja di pabrik, sekaligus mendengarkan masukan dari para pekerja.
Kolaborasi Teknik Lingkungan dan Teknik Industri untuk Mereduksi Emisi, Meningkatkan Kenyamanan, dan Memperbaiki Produktivitas Kerja
Pemasangan exhaust fan bukan sekadar penambahan alat, melainkan hasil perencanaan matang yang menggabungkan analisis teknis dan pertimbangan operasional pabrik. Febriana Marikha, yang berlatar belakang Teknik Lingkungan, berperan dalam menganalisis kualitas udara di dalam pabrik, menganalisis titik sumber emisi, dan kaperluan reduksi emisi serta pemilihan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan. Proses pembakaran dalam ruang dengan tungku yang berlangsung hampir 15 jam dalam sehari menimbulkan kepulan asap dan uap yang menyebabkan temperatur dan tekanan dalam ruangan meningkat.
Sementara itu, Nova Annisa dari Teknik Industri menyoroti aspek efisiensi kerja agar tidak mengganggu alur kerja produksi. Ia mempertimbangkan tata letak, jalur pergerakan pekerja, dan area produksi yang paling membutuhkan sirkulasi udara. Tujuannya adalah agar pemasangan exhaust fan tidak mengganggu proses produksi dan tetap memberikan hasil maksimal dalam mengurangi emisi. Nova juga memastikan bahwa pemilihan ukuran dan kapasitas exhaust fan sesuai dengan kebutuhan pabrik, sehingga alat tersebut bekerja efektif namun tetap hemat energi.
Melalui kerja sama lintas disiplin ini, exhaust fan akhirnya dipasang di titik strategis yang langsung mengarah ke sumber uap panas. Dengan adanya alat ini, diharapkan terjadi sirkulasi udara yang lebih baik, sehingga :
- Emisi gas dan uap panas dapat direduksi secara signifikan, menciptakan udara yang lebih segar di dalam ruangan.
- Kenyamanan kerja meningkat, membuat pekerja dapat beraktivitas lebih optimal tanpa terganggu panas berlebih.
- Risiko gangguan kesehatan berkurang, terutama yang terkait dengan paparan uap panas atau udara pengap.
Proses Pemasangan Exhaust Fan
Pemasangan exhaust fan bukanlah pekerjaan yang instan. Mahasiswa KKN memulai dengan tahap perencanaan yang melibatkan pengukuran luas ruang produksi, identifikasi sumber emisi, dan penentuan titik optimal untuk pemasangan alat. Tahap berikutnya adalah persiapan teknis, yang mencakup pengadaan peralatan, pengecekan kelistrikan, dan koordinasi dengan pemilik pabrik. Proses pemasangan dilakukan dengan memperhatikan keamanan pekerja dan kelancaran produksi. Pemasangan exhaust fan di titik yang strategis memungkinkan udara kotor dan uap panas keluar secara efektif, sehingga udara segar dapat masuk dan menggantikan sirkulasi udara lama.
Dampak Nyata, Apresiasi dari Pemilik Pabrik, dan Harapan Keberlanjutan Program untuk Usaha Kecil
Tak butuh waktu lama untuk merasakan dampak positif dari pemasangan exhaust fan ini. Sejak hari pertama, udara di dalam pabrik terasa lebih lega dan sirkulasi terasa lancar. Para pekerja mengaku lebih betah berada di area produksi, dan keluhan terkait panas berlebih pun berkurang. Pemasangan exhaust fan ini juga meningkatkan produktivitas. Lingkungan kerja yang lebih nyaman membuat pekerja dapat bekerja lebih fokus dan efisien. Hal ini sejalan dengan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang menjadi salah satu perhatian utama mahasiswa KKN dalam program ini.
Program kerja multidisiplin ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara dua bidang ilmu yaitu Teknik Lingkungan dan Teknik Industri dapat menghasilkan solusi sederhana namun berdampak besar. Exhaust fan mungkin terlihat sebagai alat yang biasa, tetapi ketika dipasang dengan perencanaan yang matang, ia mampu membawa perubahan signifikan terhadap kualitas lingkungan kerja dan produktivitas. Lebih dari sekadar proyek, program ini juga memperkuat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat desa.
Ke depannya, diharapkan pabrik tahu Mbah Muji dapat terus berproduksi dengan lingkungan yang lebih sehat, aman, dan produktif. Tidak menutup kemungkinan, konsep pemasangan exhaust fan ini dapat diadaptasi oleh pelaku usaha kecil lainnya, baik di sektor makanan maupun industri rumahan lainnya, yang menghadapi masalah serupa terkait sirkulasi udara dan emisi. Dengan begitu, upaya kecil dari desa dapat menjadi inspirasi untuk perbaikan lingkungan kerja di berbagai tempat di Indonesia.