EDISIKINI.COM, MALAYSIA — Peribahasa lama “seribu kebaikan yang luput dari ingatan, namun satu kesalahan yang terpatri kuat” seringkali menjadi cerminan pahit realita sosial. Namun, kisah Afin Bastian Nugroho, mahasiswa Akuntansi dari Politeknik Negeri Semarang (Polines), bukan sekadar tentang membalikkan narasi, melainkan tentang ketulusan yang akhirnya menemukan panggungnya.
Keberhasilan Bastian adalah bukti bahwa ketulusan dalam berkarya dan keyakinan pada nilai-nilai yang dipegang teguh akan selalu menemukan jalannya untuk diakui, bahkan jika apresiasi itu datang dari tempat yang tak terduga, tanpa perlu mengharapkan imbalan.
Jauh sebelum namanya dikenal di kancah internasional, Afin Bastian Nugroho, atau yang akrab disapa Bastian, adalah sosok yang sudah mencuri perhatian sejak di bangku pendidikan. Di Pondok Pesantren Daar El Qolam 3, ia dikenal sebagai murid yang cerdas dan berprestasi, namun juga memiliki sisi ‘nakal’ atau berani mendobrak aturan, yang membuatnya menjadi perbincangan. Sifat ini terbawa hingga ia menempuh pendidikan di Politeknik Negeri Semarang.

“Dulu, saya memang terkenal pintar tapi juga nakal, baik di pondok maupun di kampus,” kenang Bastian sambil tersenyum tipis. “Maksud ‘nakal’ di sini lebih ke arah saya suka mencoba hal-hal baru, melanggar batas-batas konvensional, dan berani menyuarakan apa yang saya yakini, meskipun itu berarti harus berhadapan dengan pandangan mayoritas.”
“Jujur, saya tidak pernah berpikir untuk mendapat pujian atau validasi dari semua orang. Yang ada di pikiran saya adalah bagaimana pesan tentang pembangunan berkelanjutan ini bisa sampai dan memicu kesadaran,” tutur Bastian. “Tapi, seringkali niat baik itu diterjemahkan berbeda. Ada saja yang menganggapnya sebagai hal yang secara pure negatif.”
Bastian mengakui, pengalaman menghadapi resistensi, bahkan risiko terkait penangkapan atau hukuman di beberapa kasus serupa, adalah bagian dari perjalanannya. Namun, hal itu tidak pernah membuat niatnya untuk terus berkarya menjadi pamrih.
Dedikasi tanpa pamrih inilah yang akhirnya membawa Bastian ke panggung global. Ia terpilih sebagai delegasi di Youth Innovation Forum di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada 4 Juli 2025. Di hadapan audiens internasional, termasuk berdialog langsung dengan Sherlina Kaur, Education Manager at UN Sustainable Development Solutions Network.
Keberhasilan Afin Bastian Nugroho di Youth Innovation Forum tidak hanya mengharumkan nama Polines dan Indonesia, tetapi juga menegaskan sebuah filosofi penting: bahwa ketulusan dan dedikasi pada kebaikan, meskipun seringkali harus berhadapan dengan salah paham dan kritik, pada akhirnya akan menemukan jalannya untuk bersinar.
Ini adalah kisah tentang bagaimana “seribu kebaikan” yang dilakukan tanpa pamrih pada akhirnya akan lebih berarti dan dikenang daripada “satu kesalahan” yang hanya bertahan sesaat dalam ingatan, mengubah stigma ‘nakal’ menjadi ‘inovatif dan inspiratif’.