EDISIKINI.COM, WONOGIRI – QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah standar kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi transaksi pembayaran digital di seluruh negeri. Sebagai bagian dari upaya transformasi digital, pemerintah Indonesia telah menggencarkan penggunaan QRIS untuk mendukung inklusi keuangan dan mempermudah akses pembayaran bagi semua lapisan masyarakat, termasuk di daerah-daerah terpencil.
QRIS memungkinkan masyarakat melakukan transaksi hanya dengan memindai kode QR, menjadikannya solusi yang praktis, aman, dan efisien.
Pemerintah juga terus mendorong penggunaan QRIS dengan mengadakan kampanye edukasi, pelatihan, dan kemitraan dengan berbagai pelaku usaha, baik di kota besar maupun di desa.
Upaya ini tidak hanya meningkatkan efisiensi transaksi, tetapi juga membantu usaha kecil dan mikro untuk terintegrasi dalam ekosistem digital yang lebih luas, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif.
Sebagai bagian dari inisiatif peningkatan inklusi keuangan di Indonesia, Shafira Febriana Nafi’ah, seorang mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro, melaksanakan program kerja edukasi dan penyuluhan QRIS di desa Tanjungsari pada hari Jumat, 26 Juli 2024.
Berfokus pada empat pelaku UMKM di desa tersebut—stand penjual minuman, warung soto, warung penjual mie ayam, dan toko kelontong—dengan metode door to door, diberikan pemahaman yang mendalam tentang QRIS, menjelaskan konsepnya, manfaatnya bagi usaha kecil, berbagai jenis QRIS, serta cara penggunaannya dalam transaksi harian.

Dengan menggunakan poster dan leaflet sebagai alat bantu, materi pelatihan dikemas secara sederhana namun efektif, memastikan bahwa setiap pelaku usaha dapat memahami dan mengaplikasikan QRIS dalam operasional sehari-hari mereka.
QRIS diperkenalkan sebagai solusi transaksi yang tidak hanya mudah dan efisien, tetapi juga aman karena mengeliminasi kebutuhan akan uang tunai dan menyediakan pencatatan transaksi secara otomatis.
Melalui pengalaman langsung dan penjelasan yang diberikan, para pelaku UMKM di desa Tanjungsari kini memiliki bekal awal yang kuat untuk mengelola keuangan usaha mereka dengan cara yang lebih modern.
KKN TIM II Universitas Diponegoro berharap bahwa program ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi terus berkembang dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi para pelaku UMKM, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di desa Tanjungsari dan sekitarnya.













