EDISIKINI.COM, Babel — Di era digital saat ini, masih ada Sekolah Dasar di salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka sudah mendapatkan akses internet namun dengan keterbatasan fasilitas. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan fasilitas pendidikan di Indonesia tetap nyata, khususnya antara wilayah perkotaan dan perdesaan.
Di sebuah sekolah dasar, Meskipun ada beberapa komputer, jumlahnya terbatas sehingga siswa harus bergantian menggunakannya, sementara itu buku bacaan dan fasilitas belajar sangat terbatas. Banyak orang tua bekerja sebagai buruh kebun atau penambang timah sehingga tidak selalu dapat mendampingi anak belajar. Kondisi ini menunjukkan betapa jauhnya kualitas pendidikan desa dibandingkan sekolah-sekolah di perkotaan.
Dari perspektif teori konflik, ketimpangan ini bukan sekadar kurangnya fasilitas, melainkan akibat struktur sosial yang tidak merata. Sekolah di kota mendapatkan dukungan anggaran, teknologi, dan kebijakan yang lebih kuat, sedangkan sekolah desa berada dalam situasi yang kurang terfasilitasi. Akibatnya, kesempatan anak-anak desa untuk naik kelas sosial menjadi semakin kecil.
Pada saat yang sama, interaksionisme simbolik menunjukkan bahwa makna pendidikan di kalangan siswa juga dipengaruhi interaksi sehari-hari. Label seperti “anak desa kurang mampu” dapat membuat anak merasa rendah diri dan kehilangan motivasi. Komunikasi antara guru dan orang tua yang minim membuat nilai penting pendidikan tidak tersampaikan dengan baik.
Dari sudut pandang fungsionalisme, sekolah dan keluarga seharusnya bekerja bersama menanamkan nilai dan keterampilan. Namun disalah satu Desa tersebut, fungsi ini melemah karena keterbatasan sumber daya dan kondisi ekonomi keluarga.
Untuk memperbaiki keadaan, pemerintah perlu memberi perhatian lebih besar pada sekolah desa: meningkatkan fasilitas, memperkuat pelatihan guru, dan memberikan bantuan pendidikan bagi keluarga berpenghasilan rendah. Selain itu, sekolah dan masyarakat perlu membangun budaya belajar yang lebih positif, misalnya melalui kelompok belajar atau pendampingan berbasis komunitas.
Pendidikan seharusnya menjadi jalan menuju masa depan yang lebih baik. Namun selama ketimpangan ini dibiarkan, banyak anak desa akan terus tertinggal. Sudah saatnya janji pendidikan benar-benar sampai ke Desa tersebut.
Penulis: Refelsa Jea Revellita (5011311096), Mahasiswi Universitas Bangka Belitung













