EDISIKINI.COM, GROBOGAN — Pembudidayaan maggot pada Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, menemui permasalahan di mana siklus hidup maggot terputus. Permasalahan tersebut disinyalir akibat cuaca yang menyebabkan suhu dan kelembaban pada rumah maggot berada tidak dalam kondisi ideal. Selain itu, teknik pembudidayaan yang dilakukan belum terstandarisasi menimbulkan adanya kemungkinan perlakuan yang kurang sesuai dengan yang seharusnya.
Universitas Diponegoro memberangkatkan 10 mahasiswa ke Desa Sugihmanik pada Kamis, 10 Juli 2025 untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) IPTEK untuk Desa Binaan UNDIP Kelompok 69. Didampingi oleh Prof. Dr. Sri Hartini, S.T., M.T., mahasiswa lintas jurusan yang berasal dari program studi Teknik Industri, Teknis Sipil, Teknik Lingkungan, Teknik Geologi, Agroteknologi, dan Peternakan membawakan ilmunya untuk mengembalikan siklus hidup maggot yang sempat terputus.
Dalam upaya pengembalian siklus hidup maggot tersebut, mahasiswa melancarkan dua program utama, yakni Optimalisasi Metode Pembudidayaan Maggot dan juga Pemanfaatan Limbah Sampah Organik sebagai Pakan dan Pendukung Rumah Maggot. Optimalisasi pembudidayaan secara garis besar berfokus pada optimalisasi proses serta fasilitas pendukung budidaya. Mahasiswa melakukan pembenahan secara menyeluruh pada masing-masing siklus, dimulai dari pembuatan inkubator yang digunakan pada fase telur, boks yang telah dimodifikasi untuk pemisahan maggot dengan pre-pupa, pemanfaatan limbah tahu dan limbah buah sebagai media atraktan untuk mengumpulkan lalat BSF, pembuatan tempat penetasan pupa menjadi lalat BSF, hingga penerapan thermohygrometer untuk pemantauan suhu dan kelembaban pada rumah maggot. Selain itu, terdapat program pendukung seperti pemasangan fiber di sekitar kandang lalat untuk menghindari paparan air hujan, penerapan labelling dan batas maksimal maggot dan limbah maggot pada masing-masing boks maggot, serta penerapan 5S untuk menjamin kebersihan, kerapihan, serta keteraturan pada rumah maggot.
Pada program pemanfaatan limbah, mahasiswa memiliki fokus pada pengujian formulasi pakan maggot dengan limbah organik lokal yakni limbah tahu, fermentasi sisa makanan sebagai pakan maggot, standarisasi tata cara pengolahan limbah baik secara fermentasi ataupun non-fermentasi, pemanfaatan limbah kayu menjadi eggies sebagai media bertelur lalat BSF, biokonversi limbah kasgot (bekas maggot) menjadi pupuk organikm serta pembuatan mesin pencacah limbah rumah tangga sehingga nantinya dapat diaplikasikan pada pengolahan pakan maggot. Selain program yang berhubungan langsung dengan maggot, terdapat pembuatan campuran batako dari sekam padi yang dapat digunakan sebagai prasarana dalam pembudidayaan maggot.
Dengan mengembalikan siklus hidup maggot yang sempat terputus, mahasiswa KKN berharap bahwa warga Desa Sugihmanik dapat lebih memahami dan memperhatikan tata cara pembudidayaan maggot untuk memperoleh hasil yang lebih optimal dan berkelanjutan. Program pembudidayaan maggot ini juga sejalan dengan program BUMDes mengenai pembudidayaan ikan lele yang mana maggot tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pakan ikan lele. Meskipun menghadapi sejumlah kendala yang ada dalam proses menghidupkan kembali siklus maggot, mahasiswa senantiasa bekerja keras demi mewujudkan tujuan tersebut dalam jangka waktu 45 hari.













