Edisikini.com – Segala yang dipilih dalam hidup selalu saja mengandung risiko. Tidak bisa tidak. Itu adalah hukum kepastian. Siapa menanam, ia menuai. Menjadi seperti apa seseorang hari ini, ia merupakan rangkaian-rangkaian dari hasil keputusan demi hasil keputusan yang ia pilih di masa lalu.
Memutuskan menikah muda? Sah-sah saja. Karena memang setiap manusia memiliki hak, termasuk untuk hal ini. Tentu, menikah muda (dengan ukuran muda di bawah 25 tahun) memiliki pengalaman yang berbeda dengan mereka yang memutuskan untuk menikah di usia matang, usia lebih dari 25 tahun.
Semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun pada artikel kali ini, Kita Muda ingin membeberkan mengenai keuntungan apa saja yang kamu peroleh apabila memutuskan untuk menikah di atas usia 25 tahun. Yuk!
1. Banyaknya usia kerap diikuti dengan pengalaman yang membuat seseorang mampu mengenal dirinya dengan lebih baik.
Menjalin hubungan semestinya terdiri dari 2 manusia dewasa yang berjalan searah untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan belum bisa dicapai kalau masing-masing manusianya belum bisa beres dengan dirinya sendiri.
Beres dengan diri sendiri itu bentuknya beragam, seperti sudah mampu berpikir dan bersikap dewasa, berkelakuan sopan, menghormati orang lain, mampu mengontrol emosi, dan banyak lagi. Bagaimana ingin mencapai tujuan, bila masing-masing masih ribut soal perkara yang sebetulnya gara-garanya ialah karena masing-masing belum beres dengan dirinya sendiri?
Memang ada, yang usianya masih muda dan pikirannya sudah dewasa. Namun usia yang lebih tua tak bisa dipungkiri bahwa jam terbang mereka lebih banyak. Maka, bisa dipastikan jika menikah di usia lebih dari 25 tahun, seseorang sudah berada dalam pikiran serta pribadi yang matang.
2. Karena memutuskan menikah di usia lebih dari 25 tahun, berarti kamu punya kesempatan untuk bisa belajar dari teman-teman yang sudah menikah.
Mau tanya ke tetangga yang lebih tua? Enggak enak. Mau tanya ke orangtua? Seringkali jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan jaman yang kamu rasakan sekarang. Lalu solusinya bagaimana? Tanyalah kepada teman-teman sebayamu yang telah lebih dahulu menikah. Mereka memiliki segudang pengalaman yang sudah sepantasnya kamu keruk, dengarkan mana yang baik dan mana yang buruk, lalu ketika kamu menjalaninya, sebisa mungkin menghindari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh teman-teman sebayamu yang lebih dahulu menikah.
3. Diakui atau tidak, menikah setelah usia 25 tahun membuatmu lebih punya waktu untuk traveling dan menekuni hobi tertentu.
“Ah, aku pasti akan bisa traveling setelah menikah. Pasti!”
“Ah, aku tetap bisa fokus main band bareng teman-temanku setelah menikah nanti. Aku yakin!”
Coba deh. Coba! Berapa banyak orang yang menjelang menikah ngomong kayak gitu, tapi setelah menikah, bahkan seperti lelucon yang terkenal dan viral di internet:
“Jika ingin merubah dunia, lakukanlah sebelum menikah. Karena setelah menikah, mengganti channel TV pun kamu kesusahan.”
Mengapa mengganti channel TV susah? Banyak faktornya. Bisa jadi karena kamu sibuk kerja. Bisa jadi karena kamu enggak punya TV. Tapi kalau mau jawaban realistis sesuai pernyataan di atas, ya karena setelah menikah, segala sesuatu yang kamu miliki kemudian akan menjadi kekuasaan istri. Hahahaha.
4. Saat belum menemukan jodoh, pertanyaan ‘siapa jodohku?’ banyak menghantui pikiran. Setelah menemukan, maka yang dirasakan ialah kesyukuran.
Pernah melihat ekspresi siswa yang belajar gigih untuk menghadapi ujian, lalu bisa lulus dengan nilai yang memuaskan? Ya, kurang lebih begitulah ekspresi orang yang berada dalam penantian panjang, kemudian menemukan jodohnya. Atau mungkin lebih heboh?
Menikah itu tidak seperti balap karung yang harus balapan dan dulu-duluan. Dalam menikah, tidak ada yang namanya garis finish. Beneran. Manusia itu kuasanya hanya berencana, bukan pada menentukan hasil. Kalau mau nikah muda, boleh-boleh saja. Tapi kalau Tuhan memberimu jodoh setelah usia 25 tahun, kamu bisa apa?
Jadi, tetap berusaha. Lalu ketika sudah mendapat, selamat berbangga!
5. Karena pengalaman dan pergaulan luas, tentu sudut pandang tentang hidup pun juga sudah banyak berkembang.
Bayangkan, dulu ketika jaman masih SMA, kamu bisa banget ngotot:
“Aku harus masuk jurusan IPA!”
Lulus SMA:
“Aku harus kuliah di Harvard!”
Lulus kuliah:
“Aku harus kerja di perminyakan!”
Kenyataannya, hidup tidak sesederhana itu. Hidup tidak begitu saja mewujudkan apa yang kamu inginkan. Bahkan setelah beragam usahamu itu, hidup selalu mengarahkan kamu ke jalan yang seringkali tanpa kamu duga. Kenyataan demi kenyataan yang tak sesuai ekspektasi itulah yang kemudian membuat kamu bisa memaafkan kegagalan dan sudut pandang pada segala hal menjadi berubah. Bicaranya pun begini:
“Yang penting usaha dulu. Kalau dapat, ya syukur. Kalau enggak, ya sudah. Cari solusi.”
6. Kepada orang lain pun kamu menjadi lebih berempati.
Semakin bertambah umur, kamu semakin sadar bahwa manusia sama sekali tidak bisa hidup sendirian. Manusia membutuhkan orang lain. Selalu. Dalam keseharian saja, sudah banyak kebutuhanmu yang pengerjaannya harus dilakukan oleh orang lain. Seperti: perlengkapan mandi, itu orang lain yang bikin. Perlengkapan makan, orang lain yang bikin. Beras, petaninya bukan kamu. Iya kan? Nah, tuh, hal-hal itu saja sudah menggambarkan kalau hidupmu sudah pasti bergantung pada orang lain.
Bertambahnya usia dan kesadaran akan hal-hal tersebut membuatmu memiliki rasa empati kepada orang lain. Menjadi pribadi yang lebih sopan dalam berperilaku dan bertutur kata, serta peduli pada orang lain.
7. Kamu memiliki karir yang matang.
Saat membaca poin di atas, mungkin kamu akan menyanggah:
“Kan ada, orang yang usianya lebih dari 25 tahun tapi masih luntang-lantung.”
Itu sama halnya dengan percaya fakta bahwa orang yang sudah tua pun ada yang belum dewasa-dewasa juga pola pikirnya. Maka dari itu Kita Muda di sini bicaranya dalam konteks ‘kebanyakan’ orang. Mayoritas, atau setidaknya, sepantasnya pada usia tersebut, apa yang seharusnya sudah diraih.
Menikah dengan orang yang usianya 25 tahun ke atas hampir bisa dipastikan menikah dengan orang yang secara karir sudah matang. Logisnya, kalau ia kuliah secara lancar dan lulus pada usia 22 tahun, rentang usia itu ia mulai berburu pengalaman dari satu perusahaan ke perusahaan lain, sampai ketemu perusahaan yang pas.
Kalau sudah pas, otomatis di sana ia akan merintis karir. Maka tak heran bila prediksi 25 tahun ke atas ia sudah berada pada kematangan karirnya ialah prediksi yang tepat.
Demikianlah tulisan kali ini, semoga artikel yang kami kali ini yang berjudul 7 Kebaikan yang kamu dapatkan jika menikah setelah usia 25 tahun, bisa bermanfaat bagi teman-teman semua yang membacanya. Jika temen-temen semua merasa tulisan kali ini bermanfaat, bisa membagikannya lewat tombol share di bawah ini!