EDISIKINI.COM, Sragen — Remaja Karang Taruna Desa Sukorejo, Sragen, diperkenalkan pada peluang baru untuk meraih kemandirian ekonomi digital melalui sosialisasi program TikTok Affiliate.
Kegiatan ini merupakan bagian dari KKNT-IDBU 42 Universitas Diponegoro di bawah koordinasi Ketua Pelaksana Dr. Ir. Cahya Setya Utama, S.Pt., M.Si., IPM, dan menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata dalam mendukung pemberdayaan pemuda desa melalui pemanfaatan teknologi digital. Program kerja ini di inisiasi oleh Dhita Dwi Nurhidayah, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.
Kegiatan ini menjadi ruang belajar praktis tentang bagaimana platform hiburan dapat dimanfaatkan sebagai alat produktif untuk menghasilkan cuan tanpa modal. Program TikTok Affiliate memungkinkan pengguna mempromosikan berbagai produk dari TikTok Shop dalam bentuk video.
Kreator akan memperoleh komisi dari setiap transaksi yang terjadi melalui link (keranjang kuning atau tautan di bio) yang mereka bagikan. Menariknya, tidak dibutuhkan modal awal, stok barang, merek sendiri, bahkan jumlah pengikut yang besar. Cukup dengan akun aktif dan konsistensi dalam membuat konten, siapa pun bisa mulai.
Meski begitu, banyak remaja masih melihat TikTok semata sebagai media hiburan. Padahal, aktivitas seperti membuat video bisa dikembangkan menjadi sumber penghasilan.
Melalui sosialisasi ini, peserta diajak untuk mengubah pola pikir: dari sekadar konsumtif menjadi kreatif dan produktif. TikTok tak lagi hanya untuk scrolling, tapi juga sarana membangun potensi ekonomi dari desa.

Dalam pemaparan, dijelaskan bahwa syarat untuk menjadi kreator affiliate sangat mudah: berusia minimal 18 tahun, memiliki KTP, rekening bank aktif, dan akun TikTok yang digunakan secara rutin. Meski tak wajib punya banyak pengikut, akun dengan lebih dari 100 followers biasanya lebih dilirik seller karena dianggap lebih kredibel.
Peserta juga dibekali strategi membuat konten yang menarik dan mampu menjual. Narasi yang autentik, jujur, dan relevan jadi kunci. Beberapa ide konten yang disarankan antara lain ulasan produk, tutorial, cerita pendek, atau perbandingan sebelum dan sesudah pemakaian.
Secara teknis, kualitas video juga penting: pencahayaan cukup, tidak blur, menarik sejak tiga detik pertama, menggunakan musik tren, ekspresi kuat, serta caption dengan ajakan seperti “klik keranjang kuning” atau “cek link di bio”.
Lebih jauh, kegiatan ini juga mendorong peserta untuk mempromosikan produk lokal melalui TikTok Affiliate. Dengan begitu, konten yang mereka buat bukan hanya mendatangkan penghasilan pribadi, tetapi juga turut memajukan UMKM di Sukorejo. Inilah bentuk kolaborasi digital yang berkelanjutan memperkuat ekonomi desa sekaligus memperkenalkan identitas lokal ke audiens yang lebih luas.
Sosialisasi ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi, kreativitas, dan literasi digital adalah kunci dalam membuka akses ekonomi baru bagi generasi muda di desa.
Mahasiswa dan pemuda lokal bisa saling menguatkan, saling belajar, dan bersama membangun masa depan yang lebih mandiri. Dengan keberanian untuk mencoba dan semangat terus belajar, para remaja desa punya kesempatan besar menjadi pelaku usaha kreatif dari kampung halamannya sendiri.
TikTok Affiliate mungkin hanya langkah awal. Namun, dari sini terbuka banyak kemungkinan baru yang bisa dimaksimalkan oleh anak muda desa dengan teknologi, kreativitas, dan kolaborasi sebagai modal utama.